Soal mengatur waktu sering jadi permasalahan penulis, kesibukan bekerja, sekolah, kuliah sering menjadi penghambat. Atau hanya alasan saja karena tidak bisa menyempatkan waktu menulis, beberapa orang mungkin saat kelelahan juga tidak sanggup meluangkan ide untuk menghasilkan karya. Eits, kenalan dulu sama Kak Mutiara Sakinah, penulis Ukhti Bar-Bar yang tetap menyempatkan menulis dan berusaha melanjutkan cerita dengan memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada.
Nah, Mimin sudah cuap-cuap dengan penulis novel wattpad yang satu ini hingga mendapatkan jawaban memuaskan tentang ceritanya menuntaskan novel ini selama di pondok. Sobat AE pasti tahu kalau di pondok tidak diizinkan memegang ponsel, mungkin jika diizinkan hanya terbatas. Nyatanya, Kak Muti ini mampu menyelesaikan karena punya tekat dan konsisten menulis, kepoin kisahnya, yuk!
- Proses Menyelesaikan Novel di Pondok
For your information, Kak Muti ini berumur 19 tahun dan dulunya mondok saat SMA. Kehidupan di pondok pun tidak seketat itu sampai sama sekali tidak boleh megang ponsel atau kegiatannya padat ibadah terutama mengaji. Nyatanya, tidak harus mengaji terus dan saat kelas 12 itu diizinkan main ponsel setiap malam minggu. Nah, di kesempatan inilah Kak Muti memanfaatkannya untuk menulis.
Di waktu yang mepet setiap malam minggu saja mungkinkah Kak Muti bisa menyelesaikan naskah? Berapa lama? Kita saja yang terus memegang ponsel saja mungkin seharian baru dapat satu bab. Kalau Kak Muti ini mengusahakan setiap hari Minggu mengunggah 1 bab cerita, kadang saat lancarnya ide bisa menulis sampai 3 bab. Penulis novel islami satu ini juga menulis jalan ceritanya di buku terlebih dulu untuk membuat patokan alurnya.
Kuncinya, ia selalu mengusahakan mengumpulkan mood atau suasana hati dan menghilangkan rasa malas saat ada kesempatan memegang ponsel atau laptop. Misalnya, kalau di pondok tidak boleh memegang ponsel sama sekali, bisa menyelesaikannya setiap liburan pondok. Dikebut, ya, Guys! Selain itu, juga bisa memanfaatkan fasilitas sekolah seperti komputer. “Soal ide bisa dicicil, jangan lupa ditulis biar ide tidak hilang,” katanya. Mimin penasaran dong berapa lama waktu menyelesaikan naskahnya mengingat hanya saat malam minggu memegang ponsel dan menulis 1-3 bab cerita.
Ternyata Kak Muti sudah menulis sebelum mondok, ada 30 bab yang telah diselesaikan mungkin semasa SMP-nya, ya. Jadi, saat mondok tinggal menyelesaikan konflik sampai ending. Waktu yang dihabiskan untuk itu sekitar 6 bulan mengingat cerita Ukhti Bar-Bar sendiri terbentuk secara tidak sengaja. Sehingga saat di pondok bisa menyelesaikan novelnya karena penulis yang satu ini sedikit nakal dengan menyembunyikan ponsel, enggak, tuh! Sesuai karakter di ceritanya, ya, Kak Muti ini.
- Inspirasi Ide Cerita Ukhti Bar-Bar
Karena ada kemiripan antara Kak Muti dan karakter utama dalam novelnya, yaitu Nina, Mimin jadi penasaran jangan-jangan ide ceritanya dari penulis sendiri. Usut punya usut cerita ini diambil dari kisah penulisnya di pondok. “Lingkungan aku kan rata-rata anak santri, jadi apa aku bikin cerita hawa pondok aja kali, ya?” Begitu pertanyaan yang memulai munculnya ide novel ini.
Tidak cukup di sana, novel yang awalnya dibuat karena iseng ini pun tokohnya memakai nama rumah penulis dan tiga sahabatnya. Pasalnya temen-temen Kak Muti ini tahu kalau ia penulis, jadi mau namanya dicantumkan juga di cerita. Spill nama yang paling Mimin hapal itu Qory saking uniknya karakter ini. Fakta mencengangkan lainnya, adegan romantis di dalamnya didapat dari imajinasi penulis karena di kehidupan nyata tidak bisa mendapatkan hati crush atau gebetannya. Haduh ….
Mimin sudah berpikir crush-nya spek Gus Raka, ternyata santri biasa. Tidak berani naksir sama modelan Gus, memang perlu memantaskan diri dulu kalau sama yang spek Gus Raka ini hemm. Apalah Mimin yang sholat saja kadang masih menunda.
Terakhir untuk promosi yang juga mepet, ternyata Kak Muti masih menyempatkannya melalui Facebook dan grup khusus Wattpad. Ia mengunggah penggalan cerita dan banyak yang meminta link. Tak hanya itu, saat promosi di tiktok pun alhamdulillahnya FYP sehingga banyak yang baca novel ini.
Nah, hayooo Kak Muti yang hidup di pondok jarang megang ponsel saja bisa melahirkan novel Ukhti Bar-Bar masa kamu masih malas buat menulis dan memilih leha-leha?